Sonorous

Diomira lantas menoleh. Menatap Reiki yang berjalan mendekatinya. Jujur saja, melihat wajah laki-laki itu membuat tangannya gatal untuk menabok. Tapi, setelah bernyanyi bersama Reiki tadi, rasanya menyenangkan. Diomira tidak menyangka Reiki punya suara yang cukup bagus.

“Enggak makan?” Tanya Reiki saat sudah berada di sebelah Diomira.

“Setelah ini aku balik ke rumah. Lebih baik aku makan di mie rebus dari pada berlama-lama di sini. Terlalu menyesakkan.”

- Iklan -

“Tolong jelasin masalah Bag Hygo. Aku tidak tahu apa-apa.” Diomira mendecak. “Kapan-kapan aku jelasin.”

“Curang! Ini akan jadi rahasia kalian berdua ‘kan?” Reiki tidak terima.

Helaan napas terdengar dari Diomira. “Intinya, jangan memutar musik terlalu keras saat mengadakan pernikahan. Selain mengganggu warga sekitar, tamu-tamu undanganmu juga bisa terkena masalah.”

- Iklan -

“Hah?”

Sudahlah, Reiki tidak akan paham jika belum di jelaskan. Tapi Diomira tidak menjelaskannya sekarang. Saat ini ia harus mencari Hygo. Katanya, pemuda itu akan pulang ke kota untuk menemui kakeknya. Setidaknya Diomira harus bertemu dengan Hygo sebelum laki-laki itu pergi.

Mata Diomira beredar, mencari keberadaan Hygo di depan pintu balai desa. Diomira dapat melihat Hygo yang masih berdiri di sana, namun Hygo mengisyaratkannya untuk diam di tempat. Dari kejauhan, Diomira melihat Hygo yang tersenyum, lalu menundukkan kepalanya sebagai ucapan terima kasih. Tentu saja Diomira menjelaskannya.

- Iklan -

Dan tampaknya ia tidak bisa berbincang-bincang terlebih dahulu dengan Hygo, karena pemuda itu sudah membalikkan badannya setelah melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Ada kekecewaan, namun Diomira berharap Hygo bisa segera menemui kakeknya.

Malam ini seperti mimpi yang mustahil. Ada kejadian yang tampaknya sulit diterima akal sehat manusia. Diomira pun masih tidak begitu mengerti masalah Hygo. Ia merasa sedang berada di dunia fantasi, di mana semuanya sangat tidak masuk akal. Ah, Diomira ingin mengakhiri malam ini dengan cepat. Lalu kembali melakukan aktivitas hidupnya yang sangat membosankan.

Baginya, hidup seperti nada musik. Ada nada rendah dan ada nada tinggi. Layaknya hidup. Kita tidak selalu berada di bawah, terkadang kita harus menikmati indahnya kehidupan. Diomira akan menikmati hidupnya. Masalah hidupnya tidak akan seberat orang lain, karena ia tahu, di luar sana masih ada orang-orang yang kesusahan keluar dari masalah hidup.

Ah, mungkinkah Diomira harus menyertakan laki-laki di sampingnya ini ke dalam hidupnya?

 


Penulis: Naura Rahma Azarine

BACA CERPEN LAINNYA DISINI

- Iklan -

Bagikan:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BERITA TERBARU